Free Lines Arrow

19 May 2011

Apa Itu Matematika?

Oke ehem, sebelumnya cuma mau basa basi dulu klo ini adalah tulisan pertama saya pada bulan Mei, karena saya bulan ini sibuk tidur, sibuk makan, sibuk boker, males, ga ada inspirasi, dan segala tetek bengek yang ga penting.

Kita kembali ke topik utama.
Kali ini sih saya ingin berintermezzo dikit lah mengenai matematika, semoga dapat terhibur membaca artikel dari saya dan asli ketikan tangan saya pula. Mungkin juga ada yang memiliki pandangan yang sama seperti saya, cekidot!

Matematika, apa itu matematika?????
Baca-baca dari si Wikipedia katanya sih gini nih: (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Orang yang ahli dalam ilmu matematika biasa dipanggil matematikawan (bukan matematikawin ya).


Tetapi kita sekarang bukan mau ngebahas penjelasan apa itu matematika dalam artian formal, tapi kita akan membahas apa sih arti matematika itu sendiri dalam pengertian kelogisan berfikir saya yang sudah ga normal lagi alias tidak normal (sama aja artinya atuh, mau dikasi alias apa lagi coba).

Sejarah Matematika dalam kehidupan saya pribadi dikelompokkan menjadi 5 fase: 

Fase sebelum menempuh pendidikan formal.
 Sebelum mencicipi kehidupan di bangku dan meja sekolah tentunya kita semua diajarin sama orang tua kita atau sanak saudara kita bagaimana sih caranya berhitung. Klo ada yang ga diajarin sama sekali waktu kecil sih gw cuma bisa bilang, "kasian amat sih masa kecil lo."
Dalam tahap pengenalan awal ini adalah tahap paling awal banget untuk belajar. Biasanya sih kita diajarkan bagaimana menghitung jumlah suatu benda ataupun jari tangan kita menggunakan penalaran dasar.

Fase memasuki dunia Taman Kanak-kanak.
Pengajaran matematika pun semakin berkembang bukan hanya menghitung bilangan satu sampai dengan selanjutnya, tetapi sudah memasuki tahap belajar menulis huruf maupun angka. Bahkan kita pun diajarkan bagaimana mengoperasikan bilangan dalam kehidupan sehari-hari walaupun masih menggunakan pengandaian.

Misal bu guru bertanya: "jika kita membeli 5 permen, lalu dimakan oleh kita 2 berapa permen yang tersisa?" Tentu anak-anak pun akan menjawab tersisa 3 permen.

Tapi ada pula kasus seperti ini, bu guru bertanya: "Jika Budi diberi 5 butir permen oleh ibu, lalu 2 butir permen Budi diberikan kepada kakak, maka tersisa berapa permen yang masih ada di Budi?"
Maka anak-anak menjawab begini: "Permen Budi tinggal 1 butir bu guru, kakak serakah sih bu."
Sungguh pemikiran polos dan logis pada masa kanak-kanak.



Fase belajar matematika pada saat SD.
Pembelajaran matematika pun akhirnya mulai serius dan menegangkan!
Dalam masa ini sih kita sudah diajarkan bagaimana pengoperasian pertambahan, pengurangan, pembagian, perkalian, bahkan pecahan.

Tentunya mungkin diantara Anda dahulu pernah diberi tugas oleh guru untuk menghafalkan perkalian ataupun pembagian dan disuruh maju didepan kelas. (itu sih pengalaman pribadi penulis).
Kesimpulannya masa SD adalah masa kelogisan dan keharmonisan matematika. Lhooh kok ga nyambung??

Fase zaman SMP, SMA, dan perkuliahan.
Merupakan zaman dimana pelajaran matematika adalah hal yang njelimet kata orang jawa dan menurut saya.
Awalnya sih saat SMP ga terlalu susah-susah amat, namun dengan seiring pertambahan waktu dan umur dan teori dan pendidikan, dan lain-lain maka mulailah saya merasa kesusahan dalam pembelajaran matematika. Saat zaman inilah saya mulai merasa matematika adalah suatu momok yang menyeramkan sangat.



Fase puncak/fase kejenuhan.
Sebenarnya fase ini sudah ada dalam fase zaman SMP, SMA, dan perkuliahan. Namun saya mengelompokkan fase ini tersendiri karena suatu keadaan yang sangat kompleks (ngomong apaan sih gue).
Pada fase ini saya mulai berfikir logis (menurut gw aja sih, mungkin ada juga yang berfikiran sama ga normal kaya' gw).

"Mengapa matematika harus menggunakan berbagai macam rumus maupun metode yang ribet, susah diingat, dan aneh-aneh..? padahal hanya dengan menggunakan aturan pertambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pecahan kita sudah bisa mengoperasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari." Terlintas pemikiran seperti itu di dalam otak saya.

Mengapa suatu hitungan harus memasukkan huruf-huruf dan rumus kompleks, padahal penerapan kehidupan sehari-hari tidaklah menggunakan rumus tidak praktis seperti itu.
Sebagai contoh dalam penggunaan rumus aljabar mengapa kita harus menghitung huruf berbarengan dengan angka?? padahal huruf itu fungsinya bukan untuk menyatakan banyaknya jumlah, namun hanya untuk menyebutkan bilangan dalam pelafalan bahasa.



Saya tertawa dalam hati dan membayangkan, bagaimana mungkin menghitung suatu penjualan cabai atau bawang di suatu warung menggunakan rumus matematika yang terlalu rumit seperti pengandaian contoh gambar di atas itu, bisa-bisa calon pembeli menjadi stress sendiri karena kita keasyikan dengan hitungan rumus.
Terlintas pula pemikiran bahwa sang pencipta rumus-rumus matematika yang ribet itu hanya suatu keisengan semata untuk mengisi waktu luang..

Haha.. mungkin ini adalah suatu pemikiran bodoh saya, atau mungkin karena saya memang yang bodoh, terserahlah apa kata orang.
Demikianlah unek-unek yang ingin saya sampaikan maaf kalo emang garing, semoga dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Cheers!




1 comments:

Vina Shabrina said...

Dulu saya juga pernah punya pemikiran seperti itu. Apa pentingnya sih semua rumus "ruwet" itu? Tp kalo dipikir-pikir lagi, kenapa para profesor susah2 mikirin untuk menciptakan rumus itu. Pasti ada manfaatnya kan? Dan saya sadari memang iya. Mungkin kalo gak ada rumus2 itu, kita gak pernah kenal yg namanya komputer, mobi, bahkan mgkn belum ada astronot yang pergi ke bulan. Dan untuk ekonomi sendiri.. juga dibutuhkan, misalnya buat memperkirakan apakah akan terjadi pertumbuhan pendapatan, adanya inflasi, dkk.
Jadi, gak fair juga kalo kita benci sama matematika, sedangkan setiap hari kita tidak pernah lepas dr matematika. Baru bangun tidur saja, kita pasti ngliat jam, itu saja sudah berbau matematika.
Kayaknya, mulai akur sama matematika adalah jalan terbaik daripada memusuhinya seumur hidup.
^_^

Post a Comment